Ayo Ke Rumah Sejarah, Saksi Bisu Penyerahan Kekuasaan Belanda kepada Jepang
SUBANG, - Mantan Presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno atau yang biasa disapa Bung Karno mengatakan, JAS MERAH, artinya Jangan Sesekali Melupakan Sejarah.
Untuk itu, redaksi lampusatu.com kali ini mengajak anda mengenal lebih jauh tentang goresan sejarah
rumah sejarah Kalijati yang berada di Desa Kalijati Barat, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang.
Dimana suatu rumah peninggalan zaman pra kemerdekaan yang menjadi saksi bisu atas peristiwa perpindahan kekuasaan Indonesia dari Belanda kepada Jepang.
Rumah sejarah ini telah menjadi destinasi wisata mancanegara, para wisatawan kini berdatangan ke tempat itu untuk mengenang detik detik penyerahan daerah jajahan Indonesia dari tangan Belanda ke tangan Jepang.
Kira-kira 71 Tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 8 Maret 1942 kekuasaan Belanda yang telah menguasai Nusantara selama kurang lebih 3 setengah abad, 350 Tahun berakhir begitu saja di sebuah rumah kecil yang kondisinya sampai saat ini masih kokoh.
Museum rumah Sejarah Kalijati ini terletak di Kompleks Garuda E25 Lanud Suryadarma. Letnan Kolonen Pnb Ali BZE yang ketika itu menjabat sebagai Komandan dari Lanud Kalijati, meresmikan tempat ini menjadi "Museum Rumah Sejarah" pada tanggal 21 Juli 1986.
Walaupun bertempat di dalam komplek Lanud Suryadarma, pemeliharaan Museum Rumah Sejarah ini dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Subang. Ini dikarenakan Museum ini merupakan aset cagar budaya milik pemerintah yang berlokasi di Subang.
Keadaan fisik dari bangunan Museum Rumah Sejarah tidak jauh berbeda dengan rumah yang sekarang masih berdiri di Komplek Garuda, Lanud Suryadarma memiliki ruang tamu dan ruang tengah, tiga kamar dan ruangan belakang.
Di ruang tamu ini dapat dilihat lemari kaca (vitrin) yang memuat batu prasasti mini kotak ukuran 40 X 50 cm. Batu ini buatan Tentara Jepang sebagai tanda peringatan menyerahnya Belanda kepada Jepang, disamping itu terdapat sepasang pedang.
Kemudian di bagian tengahnya terdapat meja kursi kuno dan di kedua sudutnya ada lemari dengan sudut kaca yang menyimpan benda koleksi mantan penghuni rumah tersebut.
Pada waktu itu Jepang menganggap dirinya sebagai pemimpin dunia. Jepang lalu menyerang pangkalan angkatan laut Amerika di pearl harbour, Hawai secara mendadak tanpa adanya pernyataan perang sebelumnya.
Tentu saja kejadian ini mendapat kecaman serius dari dunia internasional. Pada saat itulah baru Jepang secara resmi menyatakan perang kepada Amerika Serikat.
Jepang yang berkeinginan untuk mewujudkan Asia Timur Raya berlanjut menunjukkan kekuatannya dengan cara memperluas jajahannya mulai dari Cina sampai ke Indonesia yang waktu itu masih dikenal dengan nama Hindia Belanda dan dikuasai oleh Belanda.
Karena mendapat serangan serius dari pasukan Jepang bersenjata lengkap, Belanda mengalami beberapa kekalahan, ini terbukti dari jatuhnya pangkalan minyak ke tangan Jepang sekitar awal tahun 1942.
Karena berbagai penyerangan yang dilakukan, Kekuasaan Jepang di Indonesia makin lama makin bertambah luas bahkan pasukan gabungan sekutu tidak mampu lagi untuk menahan serangan dari tentara Jepang.
Pada bulan Oktober tahun 1942 pasukan Jepang akhirnya berhasil masuk ke Batavia yang sekarang dikenal dengan nama Jakarta.
Serangan bertubi-tubi dari tentara Jepang membuat pasukan Belanda kocar kacir dan akhirnya benteng pertahanan Belanda pun jatuh satu persatu. Lalu akhirnya Jepang berhasil menyerang ke markas besar pasukan Belanda dan bisa ditebak, serangan ini dimenangkan oleh pasukan Jepang.
Karena peristiwa itulah akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk menandatangani perjanjian yang diberi nama perjanjian Kalijati. Perjanjian ini terjadi pada 8 Maret 1942.
Perlu diketahui menurut Kapen Lanud Suryadarma Letkol Mangapul Simanjutak, kunjungan wisatawan mancanegara yang rutin datang ke rumah sejarah dari negara Belanda dan Jepang. Namun sejak tahun 2010 lalu, kunjungan dari dua Negara tersebut mulai tak terlihat lagi.
Hanya saat ini, kata dia, kunjungan ke rumah sejarah ini hanya dikunjungi oleh anak-anak pelajar TK/Paud hingga SD bukan hanya di dalam melainkan luar Kota Subang.
Kemudian, mereka datang dari anak-anak komunitas baik fotografer, model, dan lainnya.
Terkait isu, sulitnya masuk ke museum sejarah kalijati kata Managapul, itulah tidak benar.
Tapi memang bagi perorangan kata dia, cukup memberikan KTP dipintu awal masuk kepada anggota TNI yang tengah berjaga. Sedangkan jika dalam jumlah banyak dari sekolah atau komunitas perlu ada surat yang masuk minimal seminggu sebelum berkunjung. (Rls/R1/16)***
Ket. Gambar Dokumentasi Museum Rumah Sejarah Kalijati, Lanud Suryadarma.